Kebudayaan dan Kekuasaan: Pemikiran Antropologi Fase3.0 untuk Masa Depan Kebudayaan di Indonesia.
MAKASSAR - Profesor.Dr.Tasrifin Tahara, M.Si Baru saja dikukuhkan sebagai Guru Besar Dari Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin, juga sekaligus Diterima sebagai Anggota Dewan Profesor dalam bidang Antropologi Kekuasaan pada Rapat Senat Akademik, Selasa (18/02/2024).
Orang Tua, Saudara, dan Para Kerabat Ikut Menyaksikan Pengukuhan Pria Kelahiran Melai 23 Agustus 1975, Sebuah Puncak akademik seseorang Dari Negeri Khalifatullah Khamis Wolio Kota Baubau.
Pria yang Dikenal dengan Sapaan Kak Iping ini dalam pidatonya menyampaikan terimakasih Kepada seluruh Hadirin. Ia memaparkan Kebudayaan dan Kekuasaan: Pemikiran Antropologi Fase3.0 untuk Masa Depan Kebudayaan diIndonesia.
"Sebenarnya kepakaran antropologi kekuasaan adalah narasi kehidupan masa lalu yang saya jalani sebagai life history atau narasi autoethnography dalam antropologi. Saya seorang anak yang lahir dan besar dalam kawasan Benteng Wolio Kesultanan Buton yang hari ini sebagai sebuah warisan budaya. Dalam konteks kekuasaan untuk meneguhkan posisi Kesultanan Buton sebagai sebuah negara maritim dalam kontestasi global, "Ungkapnya.
Baca juga:
Panggil Namaku 'Siti'
|
Penjelasan Ini kata dia, sejalan dengan teori kekuasaan Michael Foucault (1980) bahwa kebudayaan material dalam masyarakat tertentu digunakan sebagai panduan untuk mengungkap relasi kuasa dalam kajian kebudayaan.
"Saya selalu menemukan relasi-kuasa dan negosiasi dalam ruang-ruang kehidupan hingga menekuni dunia antropologi dan merasakan kekuasaan selalu hadir dalam berbagai arena berlangsungnya kebudayaan sebagai sebuah kajian antropologi, "jelasnya.
Dalam perkembangan minat kajian kekuasaan, ia melakukan penelitian etnografi dengan lokus pada stereotip yang dikembangkan oleh penguasa diera Kesultanan Buton.
Profesor ini juga telah banyak memberikan karya untuk bangsa ini Dengan menghadirkan sejarah sebagai media kontestasi kekuasaan saat ini (Tahara, 2014). Tak hanya itu, relasi-kuasa dalam keseharian orang Bajau sebagai proses interaksi dengan kelompok masyarakat di sekitar pemukimannya yang sering disematkan stereotip yang selama ini mereka terabaikan dari proses pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah.
Sebagai kelompok yang termarginalkan, orang Bajau membangun kesadaran kelompok dengan melakukan gerakan-gerakan yang membangun negosiasi pada berbagai ruang sosial (Tahara, 2013).
"Kepekaan saya terhadap kelompok minoritas tidak hanya di dalam negeri, saya pun melakukan penelitian di perbatasan Malaysia-Filipina sebagai Upaya membantu nelayan WNI yang menjadi korban teroris ASG diMindanau (Tahara, et.al., 2022), "ujarnya
"Selain itu, penganut kepercayaan Tolotang saat ini lebih nyaman memilih agama Hindu sebagai relasi dalam kehidupan bernegara juga menjadi tema penelitian yang saya geluti (Tahara, et al., 2023)., "lanjutnya.
Isu kekuasaan dalam kebudayaan dalam kajian antropologi khususnya kajian antropologi kontemporer“sewajarnya sudah ada” dan “melekat pada” pada relasi antar manusia dalam berbagai arena berlangsungnya kebudayaan.
Kata dia, Antropologi harus bergerak untuk menyusun argumentasi yang sifatnya makro, demi menemukan pola-pola yang umum, dan pada titik akhir adalah menyusun satu konstruksi teori atas isu kekuasaan dalam kebudayaan sebagai upaya memajukan masyarakat serta sedapat mungkin selalu menjadi corong bagi orang, kelompok atau masyarakat yang terhegemoni atas kekuasaan itu.
Terlihat usai pengukuhan, Ibu dari Guru Besar ini ikut menyaksikan dengan penuh bahagia. Begitu pula dengan Anggota DPD RI Amirul Tamim, Ketua DPRD Kota Baubau Ardin Djufri beserta anggota Lainnya.
Ketua Forum Kepala Puskesmas Kota Baubau Budi Utama, beserta Dosen dan Para Alumni Unhas yang berasal Dari Kepulauan Buton juga ikut mengabadikan momen yang sakral ini.